Kurban Ramah Lingkungan: Minim Plastik Dan Olah Limbahnya
Kurban Ramah Lingkungan: Minim Plastik Dan Olah Limbahnya

Kurban Ramah Lingkungan: Minim Plastik Dan Olah Limbahnya

Kurban Ramah Lingkungan: Minim Plastik Dan Olah Limbahnya

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Kurban Ramah Lingkungan: Minim Plastik Dan Olah Limbahnya
Kurban Ramah Lingkungan: Minim Plastik Dan Olah Limbahnya

Kurban Ramah Lingkungan pada Idul Adha adalah momentum spiritual, sosial, sekaligus tantangan bagi kelestarian lingkungan. Setiap tahunnya, pelaksanaan kurban menghasilkan ribuan ton sampah organik dan anorganik, mulai dari kantong plastik, sisa limbah hewan, hingga emisi dari transportasi ternak. Dalam beberapa tahun terakhir, mulai tumbuh gerakan masyarakat dan lembaga yang berupaya mewujudkan pelaksanaan kurban yang lebih ramah lingkungan.

Pada perayaan Idul Adha 2024, isu sampah plastik kembali mencuat sebagai tantangan lingkungan yang signifikan. Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbulan sampah plastik diperkirakan mencapai 608 ton selama Idul Adha. Angka ini berasal dari penggunaan sekitar 121,5 juta lembar kantong plastik sekali pakai, yang rata-rata digunakan untuk membungkus dan mendistribusikan daging dari hampir dua juta ekor hewan kurban secara nasional.

Melihat potensi pencemaran yang serius ini, KLHK mengambil langkah cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran Menteri LHK Nomor SE.6/MENLHK/PSLB3/PLB.0/6/2024 pada 13 Juni 2024. Surat edaran ini mengimbau masyarakat untuk tidak lagi menggunakan kantong plastik sekali pakai dalam pembagian daging kurban. Sebagai gantinya, masyarakat dianjurkan memakai wadah yang ramah lingkungan seperti daun pisang, daun jati, besek bambu, atau bongsang. Imbauan ini juga ditujukan kepada pemerintah daerah agar mereka menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pengurangan sampah selama perayaan Idul Adha.

Kurban Ramah Lingkungan mulai didorong oleh komunitas dan pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan sampah plastik. Salah satu contoh nyata datang dari Kelurahan Kalibata, Jakarta Selatan, yang pada Idul Adha 2024 membagikan 5.000 besek bambu dan wadah daun pisang sebagai pengganti kantong plastik. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi sampah plastik, tetapi juga membuka lapangan kerja kecil bagi para pengrajin lokal.

Kurban Ramah Lingkungan: Pengelolaan Limbah Hewan Kurban

Kurban Ramah Lingkungan: Pengelolaan Limbah Hewan Kurban selain sampah plastik, limbah organik dari proses penyembelihan hewan juga menyumbang potensi pencemaran lingkungan. Darah, kotoran, bagian tubuh tidak termanfaatkan, dan air limbah dari proses pencucian bisa mencemari saluran air jika tidak ditangani dengan benar.

Berdasarkan laporan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta tahun 2022, dari sekitar 62.000 ekor hewan kurban yang disembelih di wilayah ibu kota, tercatat limbah organik mencapai lebih dari 800 ton. Mayoritas limbah ini tidak dikelola secara profesional, melainkan dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar atau tempat pembuangan akhir (TPA).

Namun demikian, beberapa wilayah mulai menerapkan pendekatan baru yang lebih berkelanjutan. Di Bandung, misalnya, sejumlah masjid besar bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengolah limbah hewan menjadi kompos dan biogas. Usus dan isi rumen dijadikan bahan baku pupuk organik, sedangkan bagian lemak dan darah diolah menjadi sumber energi untuk kompor biogas komunitas.

Salah satu pionir pengolahan ini adalah Masjid Salman ITB yang sejak 2018 menerapkan sistem zero waste kurban. Dengan memanfaatkan biodigester dan pengolahan limbah kompos, masjid ini berhasil mengurangi volume sampah hingga 90%. Bahkan, hasil pengolahan tersebut dimanfaatkan kembali oleh komunitas urban farming di sekitar kampus.

Dukungan kebijakan lokal turut mendorong praktik kurban ramah lingkungan. Di Kota Bogor, Perwali sejak 2021 mengatur penggunaan kemasan non-plastik dan pengelolaan limbah berbasis komunitas. Data DLH Kota Bogor tahun 2023 mencatat penurunan sampah plastik Idul Adha hingga 67% dibanding tahun sebelumnya. Lebih dari 120 masjid ikut serta dalam pelatihan pengelolaan limbah organik. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan edukasi terbukti membentuk ekosistem kurban yang lebih bertanggung jawab.

Peran Komunitas Dan Edukasi Dalam Mewujudkan Kurban Hijau

Peran Komunitas Dan Edukasi Dalam Mewujudkan Kurban Hijau transformasi menuju kurban yang ramah lingkungan tidak bisa berjalan tanpa peran serta masyarakat. Edukasi publik mengenai pentingnya pelestarian lingkungan harus menjadi bagian integral dari pelaksanaan kurban. Kesadaran untuk membawa wadah sendiri, menggunakan kemasan ramah lingkungan, dan tidak membuang limbah sembarangan perlu ditanamkan sejak dini.

Organisasi seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat telah sejak beberapa tahun terakhir mengembangkan program Kurban Hijau. Mereka tidak hanya menyediakan hewan kurban yang sehat dan layak, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang sistem distribusi daging tanpa plastik dan pengelolaan limbah. Program Kurban Hijau 2024 yang dijalankan Dompet Dhuafa, misalnya, mencatat pengurangan penggunaan plastik hingga 85% dibandingkan pelaksanaan pada tahun 2020.

Selain itu, kampanye digital melalui media sosial juga berperan besar dalam menyebarkan kesadaran ini, terutama di kalangan generasi muda. Tagar seperti #KurbanTanpaPlastik dan #KurbanHijau sempat menjadi trending topic lokal di Twitter dan Instagram selama Idul Adha 2023. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki andil besar dalam mendorong perubahan perilaku konsumsi masyarakat.

Lebih lanjut, peran sekolah dan lembaga pendidikan agama juga penting. Sekolah-sekolah bisa mengintegrasikan nilai-nilai pelestarian lingkungan dalam pelajaran agama menjelang Idul Adha, sehingga anak-anak tidak hanya memahami makna spiritual kurban, tetapi juga implikasinya terhadap lingkungan sekitar.

Dukungan kebijakan lokal turut mendorong praktik kurban ramah lingkungan. Di Kota Bogor, Perwali sejak 2021 mengatur penggunaan kemasan non-plastik dan pengelolaan limbah berbasis komunitas. Data DLH Kota Bogor tahun 2023 mencatat penurunan sampah plastik Idul Adha hingga 67% dibanding tahun sebelumnya. Lebih dari 120 masjid ikut serta dalam pelatihan pengelolaan limbah organik. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan edukasi terbukti membentuk ekosistem kurban yang lebih bertanggung jawab.

Dukungan Kebijakan Dan Inovasi Teknologi

Dukungan Kebijakan Dan Inovasi Teknologi mendorong kurban ramah lingkungan secara masif memerlukan dukungan dari kebijakan pemerintah dan inovasi teknologi. Saat ini, belum ada regulasi nasional yang secara khusus mengatur pengelolaan limbah kurban. Meski beberapa pemda telah menerbitkan imbauan untuk mengurangi plastik, sifatnya belum mengikat.

Kementerian Agama dan KLHK didorong untuk menyusun pedoman teknis pelaksanaan kurban hijau yang mencakup pemilahan limbah, penggunaan kemasan ramah lingkungan, dan pemanfaatan limbah organik. Hal ini bisa menjadi bagian dari Surat Edaran Bersama menjelang Idul Adha setiap tahunnya.

Dari sisi teknologi, peluang besar terbuka di bidang pengolahan limbah organik. Startup lingkungan seperti Waste4Change dan Gringgo telah mengembangkan sistem pemilahan dan pengelolaan sampah berbasis aplikasi yang bisa diterapkan dalam skala masjid atau RW. Inovasi alat pengolahan seperti biodigester portabel, mesin pencacah kompos, serta alat penyaring air limbah sederhana juga semakin terjangkau dan aplikatif.

Salah satu contoh sukses datang dari Yogyakarta, di mana sebuah startup lokal mengembangkan sistem pengolahan rumen dan kotoran hewan kurban menjadi pupuk cair organik dalam waktu 10 hari. Produk ini kemudian dijual ke petani lokal dengan harga lebih murah dari pupuk kimia. Dampaknya, selain lingkungan lebih bersih, siklus ekonomi lokal juga berjalan.

Implementasi teknologi ini tentu perlu didukung insentif dan pelatihan. Pemerintah dapat memberikan hibah alat pengolah limbah ke masjid besar atau komunitas yang aktif mengelola kurban secara berkelanjutan. Selain itu, kerja sama lintas sektor antara akademisi, swasta, dan organisasi keagamaan juga perlu diperluas.

Kurban bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi panggilan untuk bertindak bijak di tengah krisis iklim dan pencemaran lingkungan. Kurban tidak hanya bentuk ketaatan dan solidaritas, tetapi juga kepedulian terhadap kelestarian bumi. Idul Adha menjadi momentum spiritual sekaligus momentum ekologis bagi masyarakat yang sadar lingkungan. Diperlukan komitmen nyata dari semua pihak agar perubahan dapat benar-benar terwujud menuju Kurban Ramah Lingkungan.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait