Desa Terpencil Kini Terang, PLTS Jadi Solusi Listrik Tanpa Jaringan
Desa Terpencil Kini Terang, PLTS Jadi Solusi Listrik Tanpa Jaringan

Desa Terpencil Kini Terang, PLTS Jadi Solusi Listrik Tanpa Jaringan

Desa Terpencil Kini Terang, PLTS Jadi Solusi Listrik Tanpa Jaringan

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Desa Terpencil Kini Terang, PLTS Jadi Solusi Listrik Tanpa Jaringan
Desa Terpencil Kini Terang, PLTS Jadi Solusi Listrik Tanpa Jaringan

Desa Terpencil setelah bertahun-tahun hidup dalam kegelapan, warga Desa Nggalak, sebuah desa terpencil di pedalaman Manggarai Timur, akhirnya bisa menikmati penerangan berkat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Program ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah daerah dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta dukungan dari LSM energi terbarukan. Sebanyak 75 rumah kini mendapatkan pasokan listrik dari sistem PLTS komunal berkapasitas 15 kWp, lengkap dengan baterai penyimpanan yang mampu menyuplai listrik selama 24 jam.

Kepala Desa Nggalak, Markus Duli, menyampaikan rasa syukurnya atas perubahan besar ini. “Dulu, kami hanya mengandalkan lampu minyak. Sekarang, anak-anak bisa belajar di malam hari, dan ibu-ibu bisa menenun dengan nyaman,” ujarnya.

PLTS menjadi solusi tepat karena lokasi Desa Nggalak sangat sulit dijangkau oleh jaringan listrik PLN. Infrastruktur jalan yang terbatas membuat pemasangan kabel distribusi tidak memungkinkan tanpa biaya tinggi. Energi surya dipilih karena potensi matahari di wilayah ini sangat besar sepanjang tahun.

Direktur Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa proyek serupa akan terus dikembangkan di daerah-daerah yang belum terjangkau listrik. “PLTS komunal ini adalah wujud komitmen pemerintah dalam menyediakan akses energi yang merata, adil, dan berkelanjutan,” jelasnya.

Selain untuk penerangan rumah tangga, listrik dari PLTS ini juga digunakan untuk kebutuhan umum seperti penerangan jalan, pengisian daya ponsel, serta mendukung kegiatan ekonomi seperti penyimpanan hasil pertanian dan kerajinan lokal.

Desa Terpencil warga kini berharap adanya pelatihan dan pendampingan agar mereka bisa merawat sistem PLTS secara mandiri. “Kami ingin tidak hanya menerima, tapi juga bisa mengelola agar listrik ini terus menyala,” kata Maria, salah satu warga.

PLTS Hadir Sebagai Solusi Inovatif Bagi Desa-Desa Tanpa Akses Jaringan PLN

PLTS Hadir Sebagai Solusi Inovatif Bagi Desa-Desa Tanpa Akses Jaringan PLN,  hadir sebagai solusi inovatif bagi desa-desa tanpa akses jaringan PLN. Salah satu desa yang kini merasakan manfaatnya adalah Desa Nggalak, sebuah kawasan terpencil di pedalaman Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.

Selama puluhan tahun, warga hidup tanpa listrik, hanya mengandalkan lampu minyak untuk penerangan. Kini, berkat instalasi PLTS komunal berkapasitas 15 kWp, sebanyak 75 rumah mendapat pasokan listrik bersih dan berkelanjutan. Sistem ini dilengkapi dengan baterai penyimpanan yang mampu menyuplai listrik selama 24 jam penuh.

Kepala Desa Nggalak, Markus Duli, menyampaikan rasa syukurnya atas kehadiran listrik yang telah mengubah kehidupan warga. “Anak-anak bisa belajar di malam hari, dan aktivitas warga menjadi lebih produktif. Ini benar-benar membawa harapan baru,” ungkapnya.

Program ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah daerah, serta lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang energi terbarukan. PLTS dipilih karena kondisi geografis desa yang tidak memungkinkan pembangunan jaringan listrik konvensional.

Direktur Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menegaskan bahwa PLTS adalah bagian dari komitmen pemerintah untuk mencapai rasio elektrifikasi 100 persen. “Energi surya adalah solusi nyata bagi daerah sulit dijangkau. Ini bukan hanya soal listrik, tapi juga keadilan energi,” ujarnya.

Selain untuk kebutuhan rumah tangga, listrik dari PLTS juga digunakan untuk penerangan jalan, pengisian daya perangkat elektronik, dan mendukung usaha ekonomi produktif warga.

Warga berharap ada pelatihan lanjutan agar mereka mampu mengelola dan merawat sistem secara mandiri. Dengan kehadiran PLTS, Desa Nggalak kini menjadi contoh bagaimana inovasi energi terbarukan mampu membawa perubahan nyata di pelosok negeri.

Program Elektrifikasi Berbasis Energi Surya Desa Terpencil Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Dan Aktivitas

Program Elektrifikasi Berbasis Energi Surya Desa Terpencil Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Dan Aktivitas, program elektrifikasi berbasis energi surya menjadi angin segar bagi masyarakat di daerah terpencil yang selama ini belum tersentuh jaringan listrik PLN. Salah satu contohnya adalah Desa Nggalak di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, yang kini terang benderang berkat kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal.

Program ini diinisiasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan pemerintah daerah dan mitra pembangunan, dengan tujuan memberikan akses listrik berkelanjutan bagi desa-desa tertinggal. Sebanyak 75 rumah di Desa Nggalak kini mendapatkan listrik dari PLTS berkapasitas 15 kWp, lengkap dengan sistem baterai penyimpanan untuk kebutuhan siang dan malam hari.

“Dulu kami hidup dalam gelap. Sekarang, malam hari menjadi waktu yang produktif. Anak-anak bisa belajar, dan aktivitas warga tak lagi terbatas,” ujar Markus Duli, Kepala Desa Nggalak.

Energi surya dipilih karena karakteristik geografis desa yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional. Dengan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, PLTS menjadi solusi yang efisien, ramah lingkungan, dan dapat diandalkan.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana. Menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari strategi nasional pemerataan energi. “Kehadiran listrik tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tapi juga membuka peluang ekonomi dan sosial bagi masyarakat,” jelasnya.

Selain penerangan rumah tangga, listrik dari PLTS juga digunakan untuk mendukung kegiatan usaha kecil. Pengisian daya alat komunikasi, serta fasilitas umum seperti penerangan jalan dan balai desa.

Warga kini berharap program ini dilengkapi dengan pelatihan teknis agar mereka dapat merawat dan mengelola sistem PLTS secara mandiri. “Kami ingin program ini berkelanjutan. Kami siap belajar,” kata Maria, salah satu warga desa.

Program elektrifikasi berbasis energi surya ini membuktikan bahwa akses energi bersih dan terjangkau bisa menjadi kunci peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil.

Desa Terpencil Dengan Teknologi Panel Surya, Kini Sekolah, Puskesmas, Dan Rumah Ibadah Bisa Beroperasi Optimal Di Daerah Tertinggal.

Desa Terpencil Dengan Teknologi Panel Surya, Kini Sekolah, Puskesmas, Dan Rumah Ibadah Bisa Beroperasi Optimal Di Daerah Tertinggal, kehadiran teknologi panel surya membawa perubahan besar bagi masyarakat di daerah tertinggal. Di Desa Nggalak, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Telah memungkinkan berbagai fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah beroperasi dengan optimal.

Selama bertahun-tahun, minimnya akses listrik membuat layanan pendidikan, kesehatan. Dan keagamaan di desa ini sangat terbatas. Kini, berkat program elektrifikasi berbasis energi terbarukan dari Kementerian ESDM dan pemerintah daerah, kondisi tersebut berubah drastis.

“Sebelumnya, kegiatan belajar-mengajar hanya mengandalkan cahaya alami. Sekarang sekolah bisa mengadakan kelas tambahan di malam hari,” ujar Yuliana, seorang guru SD setempat. Hal serupa dirasakan tenaga medis di puskesmas pembantu. Yang kini dapat menjalankan pelayanan darurat pada malam hari berkat tersedianya penerangan dan peralatan medis yang memadai.

PLTS berkapasitas 15 kWp dengan sistem baterai telah dipasang untuk menyuplai listrik ke 75 rumah warga. Serta beberapa fasilitas publik utama. Panel surya ini memanfaatkan potensi sinar matahari yang melimpah di wilayah timur Indonesia. Menjadikannya solusi ideal di daerah tanpa akses jaringan PLN.

Kepala Desa Nggalak, Markus Duli, menyampaikan bahwa listrik telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. “Sekarang rumah ibadah juga bisa digunakan untuk kegiatan keagamaan di malam hari. Suasana desa menjadi lebih hidup dan aman,” katanya.

Direktur EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa pemanfaatan energi surya. Di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) merupakan bagian dari upaya pemerataan akses energi. “Ini bukan hanya soal penerangan, tapi soal kesempatan  untuk belajar, berobat, dan beribadah dengan layak bagi Desa Terpencil

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait