Revitalisasi Pasar Tradisional Hidupkan Ekonomi Lokal
Revitalisasi Pasar Tradisional Hidupkan Ekonomi Lokal

Revitalisasi Pasar Tradisional Hidupkan Ekonomi Lokal

Revitalisasi Pasar Tradisional Hidupkan Ekonomi Lokal

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Revitalisasi Pasar Tradisional Hidupkan Ekonomi Lokal
Revitalisasi Pasar Tradisional Hidupkan Ekonomi Lokal

Revitalisasi Pasar Tradisional tetap relevan dan masih jadi andalan masyarakat menengah ke bawah untuk kebutuhan harian. Namun, banyak pasar tradisional di berbagai wilayah menghadapi tantangan serius, mulai dari infrastruktur yang buruk, sanitasi yang tidak memadai, hingga menurunnya jumlah pembeli.

Salah satu tujuan utama program revitalisasi pasar adalah memperbaiki kondisi fisik pasar yang selama ini dikenal kumuh, becek, semrawut, dan tidak higienis. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, terdapat lebih dari 14.000 pasar tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, lebih dari 70% pasar dikategorikan dalam kondisi kurang layak, baik dari segi bangunan, sanitasi, maupun fasilitas umum seperti toilet dan tempat parkir.

Revitalisasi pasar tidak hanya menyentuh perbaikan infrastruktur fisik, tetapi juga mencakup penataan zonasi antara pedagang basah, kering, kuliner, dan barang kebutuhan pokok. Hal ini dilakukan untuk menciptakan sirkulasi pengunjung yang lebih efisien dan nyaman. Contohnya, Pasar Johar di Semarang, yang dibangun kembali pascakebakaran dan kini menjadi ikon pasar rakyat yang modern sekaligus ramah lingkungan.

Revitalisasi Pasar Tradisional telah mencakup 5.432 pasar rakyat di seluruh Indonesia hingga akhir 2023, berdasarkan laporan Kementerian PUPR. Program ini didukung oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendanaan dari APBD, dengan alokasi anggaran rata-rata Rp 10–30 miliar per pasar, tergantung skala dan lokasi. Di berbagai daerah, revitalisasi juga menerapkan prinsip green building, termasuk pengelolaan limbah pasar dan sistem pemanenan air hujan.

Revitalisasi Pasar Tradisional: Dampak Terhadap Omzet Dan Daya Saing UMKM

Revitalisasi Pasar Tradisional: Dampak Terhadap Omzet Dan Daya Saing UMKM pasar yang lebih bersih, rapi, dan tertata ternyata berdampak langsung pada peningkatan jumlah pengunjung. Menurut survei Bank Indonesia pada 2023, pasar yang telah direvitalisasi mengalami kenaikan pengunjung hingga 40% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.  Dengan meningkatnya jumlah pembeli, pedagang pasar merasakan langsung kenaikan omzet harian yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi lokal sekitar. Pertumbuhan omzet tersebut juga berkontribusi pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup pada aktivitas perdagangan di pasar.

Contohnya, Pasar Pagi Bukittinggi melaporkan peningkatan omzet pedagang sebesar 45% dalam enam bulan setelah direvitalisasi pada 2021. Hal serupa terjadi di Pasar Modern Taman Kota Tangerang Selatan, dengan 85% pedagang mengalami kenaikan pendapatan setelah revitalisasi dilakukan.

Program revitalisasi juga mendorong para pedagang pasar untuk meningkatkan kapasitas usaha melalui pelatihan dan pendampingan usaha berkelanjutan. Kementerian Koperasi dan UKM bersama pemerintah daerah menyediakan pelatihan manajemen usaha, digital marketing, serta literasi keuangan untuk pelaku pasar. Selain itu, penerapan layanan QRIS dan e-retribusi mempercepat digitalisasi transaksi serta menciptakan transparansi tata kelola keuangan pasar rakyat.

Laporan Bank Indonesia menyebutkan lebih dari 9.500 pasar rakyat telah mengadopsi QRIS hingga akhir tahun 2023 lalu. Dengan adopsi QRIS, pasar tradisional menjadi lebih siap bersaing dalam era digital dan menjangkau pelanggan yang lebih luas. Khususnya generasi milenial dan Gen Z, yang kini aktif berbelanja melalui platform digital dan mendukung transaksi non-tunai di pasar. Langkah ini juga memperkuat inklusi keuangan karena pedagang lebih mudah mengakses layanan perbankan dan pembiayaan usaha berbasis digital.

Menggerakkan Rantai Ekonomi Lokal Dan Inklusif Gender

Menggerakkan Rantai Ekonomi Lokal Dan Inklusif Gender revitalisasi pasar memberikan efek domino terhadap ekosistem ekonomi lokal. Pasar tradisional bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga pusat interaksi sosial dan ekonomi lintas sektor masyarakat lokal dan daerah. Sektor yang terlibat mencakup petani, nelayan, pengrajin, serta pedagang kuliner yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas pasar tradisional setiap hari. Menurut data BPS, lebih dari 12 juta orang bergantung pada pasar tradisional untuk mata pencaharian utama, langsung maupun tidak langsung.

Ketika pasar kembali hidup, permintaan produk lokal meningkat tajam dan mendorong tumbuhnya usaha di sektor hulu seperti pertanian masyarakat. Hal ini termasuk sektor peternakan dan perikanan, yang merespons peningkatan permintaan dengan memperluas produksi dan menjalin kemitraan distribusi baru. Di Sleman, pascarevitalisasi Pasar Godean, permintaan sayur dan buah dari petani lokal naik sebesar 35 persen secara signifikan. Kenaikan tersebut membuka peluang besar bagi koperasi tani menyalurkan produk secara langsung ke pedagang pasar tanpa perantara yang merugikan. Volume transaksi yang meningkat mendorong perputaran modal di desa, memperluas distribusi, serta memperkuat fondasi ekonomi mikro berbasis komunitas lokal.

Penting juga dicatat bahwa lebih dari 60% pedagang pasar adalah perempuan. Artinya, revitalisasi pasar berkontribusi signifikan terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan. Program pelatihan dan akses pembiayaan mikro seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) memungkinkan perempuan pedagang untuk mengembangkan usahanya secara mandiri. Pada 2023, sektor perdagangan di pasar menyerap lebih dari Rp 46,2 triliun dana KUR, mencerminkan tingginya peran UMKM pasar dalam sistem keuangan nasional.

Di sisi lain, integrasi pasar dengan sektor pariwisata lokal juga menjadi peluang strategis. Beberapa pasar yang telah direvitalisasi, seperti Pasar Beringharjo di Yogyakarta dan Pasar Kumbasari di Bali, kini menjadi destinasi wisata belanja dan kuliner. Hal ini memperluas potensi ekonomi lokal, dari sekadar konsumsi harian menjadi pusat pengalaman budaya dan ekonomi kreatif.

Tantangan Keberlanjutan Dan Harapan Ke Depan

Tantangan Keberlanjutan Dan Harapan Ke Depan meskipun program revitalisasi pasar telah menunjukkan hasil nyata, sejumlah tantangan masih mengemuka, terutama dalam hal keberlanjutan dan tata kelola pascarevitalisasi. Salah satu masalah utama adalah kurangnya sistem pemeliharaan pasar. Banyak pasar yang direnovasi kembali mengalami penurunan kondisi karena tidak adanya unit khusus yang bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan.

Selain itu, masih ada kesenjangan antarwilayah, di mana pasar-pasar di wilayah terpencil dan tertinggal belum tersentuh program revitalisasi. Menurut Kemendag, pada 2024 masih terdapat lebih dari 6.000 pasar tradisional yang menunggu giliran untuk direvitalisasi. Alokasi anggaran dan kapasitas teknis pemerintah daerah menjadi faktor penghambat utama.

Untuk itu, sejumlah rekomendasi strategis dapat diajukan, antara lain:

  • Pembentukan unit pengelola pasar profesional yang tidak hanya fokus pada operasional harian, tetapi juga pengembangan bisnis dan hubungan dengan stakeholder, termasuk koperasi, BUMD, dan swasta.

  • Penguatan regulasi dan sistem monitoring, agar pasar tidak hanya dibangun tetapi juga dikelola secara berkelanjutan dan akuntabel.

  • Peningkatan kolaborasi lintas sektor, termasuk pelibatan perguruan tinggi dalam desain arsitektur pasar, serta lembaga keuangan dalam pengembangan akses pembiayaan dan literasi keuangan bagi pedagang.

  • Penyusunan indeks pasar sehat dan inklusif, sebagai instrumen evaluasi kinerja pasar di tiap daerah.

Revitalisasi pasar juga harus dipandang sebagai bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam pencapaian tujuan no. 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), tujuan no. 10 (Mengurangi Ketimpangan), dan tujuan no. 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan).

Program revitalisasi pasar tradisional merupakan upaya konkret pemerintah memperkuat ekonomi kerakyatan dan mengatasi ketimpangan melalui perbaikan infrastruktur, digitalisasi, dan pemberdayaan pelaku pasar.

Ketika pasar tradisional diperkuat dan dikelola secara modern, bukan hanya omzet pedagang yang meningkat, tetapi juga roda ekonomi lokal bergerak lebih inklusif, resilien, dan berkeadilan. Proyek ini pada akhirnya bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan investasi masa depan ekonomi rakyat Indonesia melalui Revitalisasi Pasar Tradisional.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait